HET Gabah Dinilai Rugikan Petani, Syarief Hasan Desak Pemerintah Lakukan Evaluasi
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Syariefuddin Hasan alias Syarief Hasan menyesalkan kebijakan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) terkait harga eceran tertinggi (HET) gabah dan beras.
Pasalnya, penetapan HET tersebut jauh di bawah standar, yakni hanya Rp 4.550 per kilogram.
Menteri Koperasi dan UKM era Kabinet Indonesia Bersatu II itu menilai disepakatinya harga bawah gabah Rp 4.200 per kg dan harga batas atas Rp 4.550 per kg akan merugikan petani.
"Hal ini dikarenakan kebijakan ini cenderung mengabai fakta-fakta bahwa terjadi terjadi peningkatan biaya produksi dan modal yang ditanggung petani," ungkap Syarief Hasan.
Menurutnya, kenaikan biaya produksi, kenaikan harga pupuk, kenaikan sewa tanah hingga kenaikan biaya upah pekerja dan buruh tani harusnya menjadi acuan Bapanas dalam menetapkan HET gabah dan beras sehingga harga yang ditetapkan sesuai dan sebanding dengan tanggungan dan pengeluaran para petani, khususnya petani kecil.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini mendesak pemerintah untuk mengevaluasi HET gabah dan beras.
"Bagaimana bisa, presiden memiliki visi swasembada pangan, tetapi petani tidak diperhatikan kesejahteraannya, karena harga beli hasil pertaniannya sangat rendah," ujarnya.
Dia juga mempertanyakan alasan Bapanas lebih memilih mengundang korporasi dibandingkan dialog dengan petani.
Wakil Ketua MPR Syarief Hasan mendesak pemerintah melakukan evaluasi terhadap HET gabah saat ini yang dinilai merugikan petani
- Ibas Tekankan Pentingnya Penguatan SDM Lewat Pendidikan Konstitusi yang Masif dan Menarik
- Syngenta Luncurkan Herbisida Padi Terbaru, Ini Keunggulannya
- Ibas: Perlukah Amandemen UUD 45 untuk Akomodasi Perkembangan Zaman?
- Jaga Stabilitas Pangan, Kementan Minta Bulog Serap Gabah Petani Sesuai HPP
- Waka MPR Sebut Semangat Kebhinekaan Harus terus Dihidupkan
- Riyono Caping Ingatkan Bulog Fokus Serap Beras Petani, Singgung Perjanjian Kerja Sama