Hidrogen GIIAS
Oleh: Dahlan Iskan
Saya pun berpikir, jangan-jangan pikiran Ahok soal hidrogen tersebut dalam rangka mempersiapkan itu.
Saya baca di media, Ahok juga mengunjungi pameran. Bahkan jadi pembicara di salah satu seminarnya. Ia pasti melihat tiba-tiba saja ada lima merek mobil listrik di depan mata.
Dari segi infrastruktur yang sudah dimiliki Pertamina saat ini, memang hidrogen lebih cocok.
Stasiun pengisian BBM tinggal diubah jadi stasiun pengisian hidrogen. Tetapi itu harus cepat-cepat. Harus sebelum mobil listrik baterai mendominasi pasar.
Kalau pasar sudah didominasi mobil baterai, sulit berharap ada pabrikan mobil yang mau memproduksi mobil hidrogen.
Yang jadi pikiran saya bukan hanya itu. Kalau Pertamina memilih hidrogen, bagaimana dengan pabrik baterai yang telanjur dimilikinya?
Anda sudah tahu: tiga tahun lalu Pertamina, PLN, Antam, dan MindID, mendirikan pabrik baterai: Industri Baterai Indonesia. Atau dengan nama asing IBC (Indonesia Battery Corporation).
Menurut website IBC, Tiongkok dan Korea sudah menanamkan modalnya di IBC sebesar Rp 223 triliun.
Ketika Ahok bicara hidrogen saya waswas. Jangan-jangan Pertamina akan didorong untuk segera masuk ke bisnis hidrogen. Ternyata.
- Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah Atas Pembayaran Dana Kompensasi BBM Triwulan II 2024
- Dukung Program Pemerintah, PIS Dorong Produktivitas Lahan Petani di Sleman
- Bawa Misi Penting, Puluhan Pengguna Mobil Listrik MG Menuntaskan Touring 1500 Km
- Kloning Javier
- Pertamina Membukukan Laba Bersih USD 2,66 Miliar hingga Oktober 2024
- Kurangi Emisi Karbon, Pertamina Regional Jawa Tanam 95 Ribu Pohon