Hidup Kesusu
Oleh: Dahlan Iskan
Saya tidak bisa menjawab misteri hidup harus terburu-buru seperti itu.
Saya jalani saja. Saya harus berlebaran dengan keluarga. Tidak mudah mencari tiket di hari dekat Lebaran.
Awalnya saya mau tiga hari di Kaltim. Agar lebih cocok dengan tubuh tua. Tapi hanya ada tiket pulang di tanggal yang buru-buru itu. Pun mahalnya bukan main: 15 kali lipat dari normal. Tarif pesawat pun ikut buru-buru menaikkan harga –seperti tidak ada regulator di Indonesia.
Posisi saya memang lemah: harus pulang sebelum Lebaran. Agar tidak mendapat gelar Bang Toyib.
Saya sahur di kota Tenggarong: ibu kota Kutai Kartanegara. Kabupaten ini luasnya melebihi Jawa Timur. Pun setelah dipecah tiga: Kutai Timur, Kutai Barat, dan kabupaten induk Kutai Kartanegara.
Kecamatan terdekat berikutnya adalah Kota Bangun. Kota ini ternyata hanya 2,5 jam dari Tenggarong. Tidak lagi satu harmal seperti 45 tahun lalu.
Jarak begitu relatif. Bahkan kalau saja kondisi jalannya bisa seperti di Jawa, 2,5 jam itu tinggal 1 jam. Tapi jalan ini sempit. Banyak kelok. Banyak truk batu bara. Banyak lubang. Banyak yang memanfaatkan lubang itu untuk menarik sumbangan.
Kalau saja tidak puasa saya ingin mampir makan di Kota Bangun. Makan ikan patin.