Hidup Kesusu

Oleh: Dahlan Iskan

Hidup Kesusu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Luas sekali.

Di ujung danau sebelah sana itulah pacar saya dulu mengajar. Selama dua tahun. Wajib. Sebagai penerima ikatan dinas sekolah pendidikan guru (SPG).

Lebih separo murid SD di situ dari suku Dayak.

Begitu luasnya Danau Semayang. Perahu bermesin 12 PK pun perlu sehari penuh melintasinya. Kala itu.

Sayangnya ini bukan danau di pegunungan. Tidak bisa dibilang indah. Batas pinggirnya tidak jelas. Kalau air sungai lagi pasang ukurannya melebar.

Maka kampung di sekitar danau ini, adalah kampung air. Rumah-rumah kayunya disangga tiang tinggi. Jalan setapak antar rumah juga dibangun dari kayu disangga tiang.

Tidak hanya banyak rumah manusia di rawa ini. Juga rumah burung walet. Rumah burungnya juga terbuat dari kayu. Di atas rawa. Selalu ada jembatan kayu menuju rumah-rumah burung itu.

Masa depan kehidupan di sini akan begitu-begitu saja. Tentu sulit sekali meningkatkan kualitas kampung di sini. Mahal sekali. Apalagi untuk membangun infrastruktur seperti jalan. Luar biasa mahal.

Sejak itu belum pernah saya ke situ lagi. Coba tahu lokasinya di situ saya ajak serta mantan pacar itu. Sekalian bernostalgia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News