Hiii, Buaya Sering Muncul di Permukiman, Ternyata...
jpnn.com - BONTANG – “Konflik” antara satwa liar dengan manusia dianggap sebagai konsekuensi atas terganggunya habitat. Wilayah jelajah hewan-hewan buas itu banyak yang berubah menjadi kawasan permukiman, bahkan industri. Kini, pemerintah harus membahas solusi agar habitat manusia dan hewan berdarah dingin tersebut, bisa hidup saling berdampingan.
"Karena ini risiko perkembangan zaman, wilayah jelajah yang tergerus pembangunan, solusinya harus bisa hidup berdampingan," jelas, Erly Sukrismanto, kepala Balai Taman Nasional Kutai (TNK), Kalimantan Timur, Senin (31/8) kemarin.
Dia mengakui, intensitas kemunculan buaya di Kota Taman dapat dikatakan sering. Khususnya sejumlah titik lokasi yang telah dipetakan sebelumnya. Seperti Kelurahan Bontang Kuala, Api-Api, Guntung, hingga Kelurahan Kanaan.
Titik itulah, yang menurutnya menjadi dasar pembentukan tim khusus yang ditempatkan di setiap kelurahan. Tim itulah yang akan berkoodinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan TNK ketika buaya muncul.
"Sebenarnya, masalah buaya adalah tanggung jawab Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Kaltim. Tapi karena berada di wilayah kami, akhirnya kami tangani. Saat ini, koordinasi dengan BLH serta tim khusus di kelurahan telah berjalan," tuturnya.
Diungkapkan, penyebab kemunculan buaya di wilayah permukiman penduduk meliputi banyak hal. Di antaranya merupakan wilayah jelajah yang telah tergerus pembangunan. Karena, kata dia, satwa memiliki memori. Namun dia memastikan, buaya tidak akan menyerang ketika tidak merasa terancam.
"Ketika buaya merasa terancam, dia akan melakukan perlawanan. Mungkin, korban yang mengalami serangan ini, membuat sang buaya terkejut. Padahal, dalam posisi kaget, buaya memegang prinsip hukum rimba: siapa kuat, dia menang," bebernya.
Menyikapi fenomena tersebut, dia mengajak seluruh pihak terkait untuk mempelajari tentang perilaku serta kebiasaan buaya. Baik buaya jenis muara, atau pun buaya air tawar.
BONTANG – “Konflik” antara satwa liar dengan manusia dianggap sebagai konsekuensi atas terganggunya habitat. Wilayah jelajah hewan-hewan
- Pemda Mengasumsikan 2025 Masih Ada Honorer, Gaji Jangan Lagi 3 Bulan Sekali
- 4 Santri Meninggal Tertimpa Tembok Ambruk di Pesantren Sukabumi
- Polda Sumsel Berikan Makan Siang Gratis kepada Siswa SDN 036 Palembang
- BPTD Jabar Sidak Pul Bus Pariwisata Menjelang Nataru, Antisipasi Kendaraan Bodong
- Bersama Masyarakat, Polres Rohul Deklarasi Kampung Bebas Narkoba di Desa Puo Raya
- BPTD: 1.000-an Bus Pariwisata di Jawa Barat Tidak Laik Jalan