Hilirisasi Jadi Landas Pacu Ekonomi Indonesia Berskala Besar, Arsjad: Kadin Mendukung Kebijakan Pemerintah
Arsjad menambahkan Indonesia juga harus siap-siap dengan respons negara lain atas kebijakan ini.
Berkaca pada gugatan WTO terhadap larangan ekspor nikel, sejak saat ini, Indonesia harus sudah pasang kuda-kuda dalam menghadapi berbagai komplain dari negara lain.
“Kita tidak boleh surut sekalipun, baik untuk bauksit maupun nikel. Kita perlu tunjukkan independensi kita dalam mengelola kekayaan alam yang kita miliki untuk manfaat sebesar-besarnya bagi tanah air,” tegas Arsjad.
Seperti diketahui, saat ini sudah ada empat fasilitas pemurnian bauksit di dalam negeri dengan kapasitas 4,3 juta ton.
Sementara itu, yang dalam tahap pembangunan bakal menambah kapasitas produksi hampit 5 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia mencapai 3,2 miliar ton.
Dengan melarang ekspor bijih mentah bauksit, sekurang-kurangnya sudah ada tiga kebijakan terkait larangan ekspor di sektor mineral di antara bauksit, nikel, dan aluminium ingot.
Bijih bauksit akan diolah menjadi alumina, lalu aluminium dan aluminium ingot.
Arsjad menambahkan KADIN terus mendorong pelaku usaha untuk berkolaborasi dalam melakukan transformasi dan pendalaman struktur industri hulu dan hilir di bidang pertambangan mineral dan batu bara.
Ketum Kadin mengatakan langkah pelarangan ekspor bahan mentah bauksit untuk menapaki hilirisasi sebagai landas pacu ekonomi dengan ekosistem berskala besar.
- Ekonom Sebut Dampak PPN 12% Bakal Memukul UMKM
- Aqua Berangkatkan 30 Marbut Masjid Umrah
- PHK Massal, Rupiah Anjlok, hingga Teror PPN 12 Persen Menghantui Perekonomian
- Pemprov Jakarta Ajak Warga Rayakan Malam Tahun Baru, Catat Rangkaian Acaranya
- Local Hero MIND ID jadi Penggerak Ekonomi Hijau di Cisangku
- IMF Sebut Indonesia Berhasil Lakukan Transformasi Ekonomi