Hilirisasi Kristalina
Oleh: Dahlan Iskan
Setelah ke Indonesia, Kristalina berubah sikap. "Apa yang saya lihat begitu luar biasa. Negara ini telah bertransformasi menjadi negara yang dinamis dengan banyak optimisme dan harapan bagi rakyatnya," katanya kepada CNN Indonesia di sela-sela kesibukannyi mengikuti KTT ASEAN.
"Inilah yang kita butuhkan untuk sisa dunia, semacam optimisme seperti itu. Jadi, saya ingin mengucapkan dari lubuk hati saya, ucapan terbaik saya untuk Indonesia, untuk terus berjalan di jalur menuju kemakmuran," sambung Kristalina.
Tentu Indonesia sudah sangat berbeda dibanding yang dilihat Kristalina 25 tahun lalu. Luhut waktu itu sudah letnan jenderal tetapi jabatannya "hanya" Dankodiklatad. Itu menjelang diangkat menjadi duta besar di Singapura.
Dan yang jelas, kini Indonesia sudah tidak punya utang ke IMF –rasanya sudah dilunasi di zaman Presiden SBY.
Akan tetapi Kristina tidak hanya bicara soal larangan ekspor nikel. Lewat pernyataannyi di DC, tokoh keuangan asal Bulgaria itu ingin menegaskan perlunya perdagangan global digairahkan lagi.
Para globalis memang prihatin melihat perkembangan lima tahun terakhir. Dunia kian protektif. Perdagangan bebas mengecil. Masing-masing negara kian membatasi diri. Padahal, para globalist ingin dunia kian bebas.
Khususnya di bidang perdagangan. Batas negara harus kian samar. Mereka bisa menunjukkan bukti: pertumbuhan ekonomi dunia sangat baik di saat perdagangan global bergairah. Itu juga berarti kemakmuran dunia meningkat.
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi dunia menurun ketika terjadi deglobalisasi.
SAYA melihat koin di balik sikap Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva soal hilirisasi inkel dan deglobalisasi perdagangan. Lalu dia bertemu Luhut.
- Pengamat Heran PDIP Protes Mega Ada di Stiker 'Mau Dipimpin Siapa?'
- Mampir Guyon
- Hasto PDIP Nilai Prabowo Sosok Kesatria, Lalu Menyindir Jokowi
- Prabowo Seorang Kesatria, Harus Tegas Hadapi Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada
- Pilwalkot Semarang 2024: Restu & Doa Jokowi untuk Yoyok-Joss
- Lihat Senyum Jokowi saat Kampanye Luthfi-Yasin di Simpang Lima Semarang