Hillary Clinton Rindu Jadi Sopir
jpnn.com - MANTAN first lady Amerika Serikat Hillary Clinton merasa "tersiksa" dengan aturan protokoler yang selama ini mengungkungnya.
Bukan soal pengawalan ketat terhadap keselamatan dirinya tapi soal aturan yang melarangnya mengemudi. Pasalnya, terakhir kali mantan Menteri Luar Negeri AS ini mengemudi adalah tahun 1996 atau 18 tahun yang lalu.
"Aku menikmati cerita tentang mobil dan petualangan. Tapi sangat menyesal sudah lama aku dilarang mengemudi mobil lagi. Terakhir kali aku mengemudikan mobil sendiri tahun 1996," ungkap istri mantan Presiden Bill Clinton itu, saat berpidato dalam konferensi Nasional Deler Mobil di New Orleans, seperti dikutip dari RadarOnline, Selasa (28/1).
Jika wanita 66 tahun ini kesal, sikap sebaliknya justru muncul dari Bill. Bagi presiden yang memerintah tahun 1993-2001, larangan itu merupakan berkah agar sang istri terhindar dari bahaya.
Aturan Amerika menggariskan mantan Presiden selama hidupnya dikawal secret service. Pengawalan berlangsung tak hanya di dalam rumah tapi juga saat dia berkunjung ke luar negeri.
Bill yang kini berumur 68 tahun, sebenarnya sempat mengeluh puluhan tahun jadi penumpang mobil dan merindukan bagaimana berkuasanya saat berada di belakang kemudi.
Saat tampil di acara Ellen DeGeneres Show tahun 2012 lalu, mantan Gubernur Arkansas ini mengaku jadi sopir adalah masa lalu yang hilang setelah dia tak lagi menjabat sebagai Presiden. (pra/jpnn)
MANTAN first lady Amerika Serikat Hillary Clinton merasa "tersiksa" dengan aturan protokoler yang selama ini mengungkungnya. Bukan soal
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan