Hillary Rumbak Deplu AS
Lebih Fleksibel dan Utamakan Dialog
Kamis, 29 Januari 2009 – 01:00 WIB
WASHINGTON – Hillary Rodham Clinton mulai menjalani hari-hari pertamanya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menggantikan Condoleezza ”Condi” Rice. Sesuai tema perubahan yang diusung pemerintahan Presiden Barack Obama, politikus 61 tahun itu pun mereformasi Departemen Luar Negeri (Deplu), menjadikannya lebih luwes. Sepekan menjabat sebagai Menlu, Hillary sudah melakukan pembicaraan telepon dengan sekitar 37 tokoh dunia. Baik presiden, Perdana Menteri (PM), maupun juga menlu. Dia mengaku lega, karena sebagian besar pembicaraan telepon itu mengindikasikan dukungan kuat terhadap pemerintahan Obama.
Sejak resmi berkantor di Deplu Kamis (22/1) lalu, Hillary menerapkan kebijakan yang lebih fleksibel. Dia menjadikan dialog dan keterbukaan sendi kehidupan di kementrian yang dipimpinnya tersebut.Istri mantan Presiden Bill Clinton itu juga menjanjikan, kebijakan luar negeri AS tidak akan lagi bernafaskan militer, tapi diplomasi, pertahanan, dan pembangunan. ”Ini menandai kelahiran era baru Amerika,” tegasnya seperti dikutip Agence France-Presse kemarin (28/1).
Dalam jumpa pers pertamanya Selasa (27/1) siang waktu setempat (dini hari kemarin WIB), ibu satu anak itu mengakui kehancuran Washington. ”Ada banyak kerusakan yang harus segera diperbaiki dalam pemerintahan,” tandasnya. Untungnya, posisi George W. Bush sudah digantikan Obama. Dengan demikian, borok yang diwariskan pemerintahan Bush bisa segera dibasmi.
Baca Juga:
WASHINGTON – Hillary Rodham Clinton mulai menjalani hari-hari pertamanya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menggantikan Condoleezza
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan