Hindari Dampak Sanksi AS, Rusia Ajak Tiongkok Tinggalkan Dolar
![Hindari Dampak Sanksi AS, Rusia Ajak Tiongkok Tinggalkan Dolar](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/normal/2017/04/09/1bef5417be9de4ed3bf2edee063de871.jpg)
Yaitu, mencapai USD 108 miliar atau setara dengan Rp 1.500 triliun. Namun, hanya 10–12 persen dari nilai perdagangan tersebut yang menggunakan mata uang milik Rusia maupun Tiongkok.
Moskow dan Beijing tak puas dengan angka itu. Mereka ingin meningkatkan persentase penggunaan yuan dan rubel secara signifikan.
Pun demikian dengan penggunaan mata uang negara lain untuk perdagangan dan investasi. Intinya, tak lagi bergantung pada dolar AS.
’’Kami tak ingin menderita karena penggunaan satu mata uang saja (dolar AS Red),’’ tegasnya.
Versi Denisov, negara-negara lain juga mengerita akibat dominasi dolar dalam perdagangan.
Banyak perusahaan dari berbagai negara yang menyuarakan ketidakpuasan mereka karena aturan ketat yang diterapkan untuk mekanisme pembayaran dengan menggunakan mata uang AS.
’’Semua orang ingin mengurangi ketergantungannya (terhadap dolar AS Red),’’ ujarnya.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Rusia. Sebaliknya, Rusia adalah partner dagang terbesar kesepuluh bagi Tiongkok.
Rusia dan Tiongkok berusaha mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dengan cara menggunakan lebih banyak mata uang yuan ataupun rubel.
- Berkah Dermawan
- Polisi Kejar 8 Perampok WN Ukraina di Bali, Kerugian Capai Rp3,4 M
- WNA Rusia Merampok Rp 3,4 Miliar Milik Bule Ukraina di Bali
- Lomba Heboh
- Ukraina Tunjukkan Komitmen Transparansi dan Akuntabilitas di Tengah Invasi Rusia
- Trump Sesumbar Bakal Membereskan Perang di Ukraina, Menlu Amerika: Ini Sulit