Hindari Figur Kutu Loncat di Pemilukada DKI

Hindari Figur Kutu Loncat di Pemilukada DKI
Hindari Figur Kutu Loncat di Pemilukada DKI
Menurutnya figur seorang calon juga sangat menentukan karena itu merupakan hal yang manusia dan tak bisa ditolak.

"Meskipun kadang sudah kadung jatuh cinta kepada figur, itu tidak bisa ditolak. Itu manusiawi juga. Menurut saya, sosok figurnya seseorang itu memiliki makna tersendiri dan itu tidak bisa dicopy paste.  Itu given from God. Dan itu harus diapresiasi," beber dia.

Ia mengatakan, masyarakat juga harus menghindari sosok kutu loncat. Kata Siti, secara etika politik, para pemangku jabatan pemerintahan seharusnya menyelesaikan amanah yang diembannya terlebih dahulu sebelum memutuskan rencana pindah jabatan baru. Karenanya, ia menilai Jakarta akan sangat mengerikan jika dipimpin oleh sosok kutu loncat.

Siti juga memerediksi jangan-jangan Foke di putaran kedua menang tipis. "Dengan posisi habis lebaran sehari saja dilakukan pilkada, dia bisa menang. Jadi, jangan diremehkan. Semua bisa berubah karena demokrasi yang free and fear itu cenderung unpredictable. Kebangkitan calon yang kalah itu jangan diremehkan," ungkap Siti.

Di tempat yang sama, Dosen STEKPI, Agung Nur Fajar, mengungkapkan, pemilih yang cerdas adalah mereka yang tak menggunakan haknya seperti membeli kucing dalam karung.  "Foke sudah tau kapasitasnya seperti apa. Dan bagaimana mau dibilang pemilih cerdas kalau kita sendiri coba-coba. Bagaimana intelektual mau dibilang bagus tapi alasan memilihnya sama seperti beli kucing dalam karung," kata Agung.

JAKARTA -- Pengamat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, meminta masyarakat agar lebih cerdas untuk menentukan pilihan di Pemilukada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News