Histeris, Istri dan Dua Anak tak Selamat

Histeris, Istri dan Dua Anak tak Selamat
Histeris, Istri dan Dua Anak tak Selamat
Pekik histeris juga keluar dari bibir Selpi, 11, yang kehilangan ayah dan ibu. "Kenapa papaku? Kenapa papaku?" teriaknya dalam pelukan seorang kerabat yang juga menangis. "Mana papa? Mana mamaku? Kenapa mamaku? Mana papaku?" jerit dia. Selpi merupakan anak Dr Suhelman, 45, dan Dr Juli Dahliana.

Menyikapi kekecewaan keluarga korban, Ketua Basarnas Marsekal Madya TNI Dariyatmo menyatakan, berdasar hasil pencarian tim SAR, posisi korban memang sudah meningal. Menurut dia, saat kecelakaan, kecepatan pesawat 130 sampai 140 knot. Dengan kecepatan itu, jika membentur lereng bukit, akibatnya fatal.

Menurut perhitungan Basarnas, para penumpang meningal seketika. Itu bisa dilihat dari gambar pesawat. Hidung pesawat hancur, sayapnya patah, bagian punggungnya melengkung.

Semua itu, papar Dariyatmo, harus dipahami agar tidak ada spekulasi macam-macam. "Sebab, kami (Basarnas, Red), Bapak Kapolda, Pangdam, Danrem, dan semua pihak, tidak punya pilihan lain, selain memberikan bantuan secepatnya. Tapi, apalah daya manusia. Dengan kendala yang ada, termasuk faktor cuaca dan kondisi geografis yang tidak memungkinkan, Basarnas sampai ke lokasi," ujarnya.

MEDAN -- Di posko Bandara Polonia, Medan, kemarin dua anggota keluarga korban berteriak histeris, lalu pingsan. "Kami harus tuntut NBA. Kalau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News