History in The Making

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

History in The Making
Ilustrasi. Foto: Twitter@EURO2020

Salah satu yang menjadi perdebatan adalah cuaca Qatar yang dianggap terlalu ekstrem pada saat penyelenggaraan turnamen besar itu. Iklim di negara teluk ini dianggap tidak cocok untuk perhelatan turnamen sepak bola kelas dunia.

Soal iklim ini masih debatable, terbuka terhadap perdebatan, karena negara-negara Amerika Selatan maupun Afrika Selatan yang pernah menjadi tuan rumah, juga punya perbedaan cuaca yang bisa dibilang ekstrem dengan Eropa. Karena itu, faktor cuaca bisa dipatahkan dengan mudah.

Masalah yang cukup serius adalah perbedaan waktu antara Eropa dan Qatar, yang bisa memengaruhi jam tayang siaran langsung di Eropa.

Sponsor-sponsor besar tentu menginginkan agar semua pertandingan ditayangkan pada prime time Eropa.

Namun, hal ini mendapat tantangan keras dari negara-negara di luar Eropa. Persoalan cuaca dan perbedaan jam dianggap masalah yang sensitif dan bisa disebut diskriminatif. Karena itu, penunjukan Qatar bisa tetap dijustifikasi.

Pertimbangan politik juga menjadi persoalan yang diperdebatkan. Banyak pihak yang mempertanyakan catatan hak asasi manusia dan demokrasi di Qatar. Juga klaim bahwa proses bidding banyak diwarnai dengan korupsi dan vote buying alias pembelian suara.

Hal yang sama ditudingkan terhadap penunjukan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 yang lalu. Sepp Blatter membantah melakukan tindakan di luar hukum dalam dua keputusan tersebut.

Kalau masalah politik menjadi pertimbangan untuk penentuan tuan rumah, tentu Piala Dunia akan berputar-putar di negara-negara tertentu saja.

Italia maupun Inggris, Roberto Mancini atau Gareth Southgate, skuad Italia atau Inggris, semua akan mengukir sejarah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News