HKTI Sulap Lahan Tandus

HKTI Sulap Lahan Tandus
HKTI Sulap Lahan Tandus
Kalau di Jawa, kata Benny, pengairannya sudah sangat bagus. "Di sini (Samosir, Red) tidak ada irigasi, kayu saja malas tumbuh. Kita coba sistem pengairannya dengan menggunakan pipa paralon untuk mengairi ladang jagung. Biayanya tetap saja, antara Rp 6-7 juta per ha," jelasnya.

Benny menambahkan, bersama pemda, pengurus HKTI di kecamatan, termasuk di provinsi hingga tingkat nasional, pihaknya yakin swasembada pangan bisa berhasil. "Tidak hanya jagung, nanti beras, kedelai, tebu, sehingga impor kita bisa dikurangi," tukasnya.

 

Sementara dalam sambutan Ketua Umum DPN HKTI Oesman Sapta melalui Nasrun Hour Arbain, Ketua Bidang Pertanahan dan Konservasi Lahan DPN HKTI mengatakan, HKTI meminta agar pemerintah segera mengambil langkah konkrit menghentikan impor pangan. "Termasuk impor jagung. Dengan menghentikan impor pangan, kita dapat menghemat devisa hingga USD 15 miliar, menyediakan jutaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Menurut dia, HKTI memiliki berbagai program, terutama melalui alih teknologi dan peningkatan mutu sumberdaya manusia dengan membuat kebun-kebun percontohan dan pelatihan. Petani di wilayah itu pun menyambut gembira dengan kehadiran bibit jagung hibrida Pertiwi 2 dan 3. Salah satunya, Nasib Silalahi. "Tongkolnya besar dan tidak ada tongkol dua," ujarnya. (yay)

SAMOSIR - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mampu menyulap lahan tandus menjadi kebun jagung unggulan. Keberhasilan benih jagung hibrida ditandai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News