HMHI Tekankan Pentingnya Deteksi Hemofilia Sejak Dini

HMHI Tekankan Pentingnya Deteksi Hemofilia Sejak Dini
Kongres Nasional (KONAS) ke-7 pada 13-14 Juli 2024 HMHI mengangkat tema “Equitable Access for Improving Diagnosis and Optimal Hemophilia Care and Other Bleeding Disorders in Indonesia”. Foto dok. HMHI & Takeda Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) menekankan pentingnya penanganan pasien hemofilia yang belum optimal.

Salah satu penyebabnya karena kurang terdiagnosis (underdiagnosed) dan biasanya baru didiagnosis setelah terjadi perdarahan berat.

"Yang tentunya ini berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi kecacatan bahkan kematian," kata Ketua ad interim HMHI, Dr. dr. Novie Amelia Chozie, SpA(K), dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/7).

Hemofilia adalah suatu kondisi di mana perdarahan sulit berhenti.

Pada kondisi yang lebih berat, pasien hemofilia dapat mengalami perdarahan spontan atau perdarahan yang terjadi tanpa diketahui penyebab jelasnya serta perdarahan setelah cedera atau pembedahan. 

"Kebanyakan pasien hemofilia adalah laki-laki," ujarnya. 

Diperkirakan terdapat sekitar 400 ribu penderita hemofilia di seluruh dunia.

Di Indonesia diduga terdapat 27 ribu pasien hemofilia, tetapi sampai tahun 2021, hanya sekitar 3.000 pasien yang terdiagnosis dan tercatat dalam Annual Report 2021 oleh World Federation of Haemophilia.

HMHI menekankan pentingnya deteksi Hemofilia sejak dini untuk menghindari komplikasi kecacatan, bahkan kematian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News