HNW Sesalkan MPR jadi Majelis Pervotingan Rakyat

jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid (HNW) mengkritisi pasal di dalam Undang-Undang MD3, yang mengatur setiap keputusan MPR harus berdasarkan suara terbanyak.
"Lembaga ini oleh konstitusi dinamai majelis tempat para anggotanya bermusyawarah dan bermufakat. Tapi oleh UU MD3, MPR dijadikan sebagai majelis pervotingan rakyat karena setiap putusannya harus melalui suara terbanyak," kata Hidayat Nur Wahid, di Gedung Nusantara IV, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (17/11).
Keharusan setiap putusan MPR melalui voting lanjutnya, sesungguhnya bertentangan dengan filosofis majelis sebagai lembaga permusyawaratan rakyat, yang diisi oleh seluruh anggota DPR dan DPD.
"Ini salah satu kelupaan dari amandemen terdahulu dan masih sangat mungkin untuk diperbaiki," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Logikanya, lanjut Ketua MPR periode 2004-2009 itu, karena MPR yang berwenang merubah UUD maka MPR masih lembaga tertinggi negara tertinggi.
Demikian juga halnya dengan kewenangan menafsirkan konstitusi yang hanya diserahkan kepada Mahkamah Konstitusi (MK). "Mestinya, sebagai lembaga yang berhak mengamendemen atau merubah UUD, MPR mestinya juga berwenang untuk menafsirkan konstitusi," tegas Hidayat. (fas/jpnn)
JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid (HNW) mengkritisi pasal di dalam Undang-Undang MD3, yang mengatur setiap
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Diserahkan ke Kejaksaan, Aipda Robig Dijerat Pasal Berlapis, Terancam 15 Tahun Penjara
- Dituding Kewalahan saat Sidang, Hotman Sebut Razman Takut Hakim
- DPR Sebut Pengangkatan PPPK 2024 Tahap 1 Dilaksanakan Tahun Ini, Honorer Tenang ya
- Kemenhut Tegaskan Anggaran Pengelola FOLU Net Sink 2030 Berasal dari Non-APBN
- Sahroni Apresiasi Kinerja Bareskrim Mengungkap 4,1 Ton Narkoba dalam 2 Bulan
- Eksepsi Tom Lembong, Kejanggalan Dakwaan Jaksa dalam Kasus Importasi Gula Diungkap