Hoaks Didesain Menggabungkan Kecanggihan Teknologi Informasi dan Psikologi
“Jadi bukan hanya informasinya yang sepi tapi bagaimana informasi itu dipergunakan untuk mengelola opini, siapa yang mengelola opini, siapa yang menguasai opini, dialah yang menguasai medsos,” ujar Hans.
Menurutnya, setiap orang kini memiliki lebih dari satu grup whatsapp. Sesuatu informasi kebohongan yang diulang-ulang terus menerus maka akan menjadi kebenaran. Jika sudah menjadi kebenaran maka informasi itu disebar di ruang public. “Ini yang terjadi sekarang ini,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPP IMM Ary Sudanto melihat tidak semua kemajuan teknologi informasi berdampak buruk terhadap penggunanya, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurutnya, kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan menjadi bisnis yang mendatangkan keuntungan dan membuka lapangan kerja baru.
“Jadi ibaratnya pisau bermata dua, dia akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya. Yang baik tentunya seperti e-commerce yang digunaan untuk bisnis seperti ojek online. Sebaliknya hal buruk disebut hoaks dan merusak tatanan masyarakat,” tutup Ary.(jpnn)
Hoaks ini memiliki pola yang terstruktur, diulang-ulang, dan mengaduk-aduk emosi dan kepercayaan seseorang. Sebab, informasi menyesatkan dengan tujuan tertentu tersebut, memang didesain dengan menggabungkan kecanggihan teknologi informasi dengan psikologi
Redaktur & Reporter : Friederich
- Kemendes PDT Pastikan Info Rekrutmen Pendamping Lokal Desa 2024-2025 Hoaks
- Mahasiswa President University Sabet Juara Stacks Harvard Hackathon
- Anggap Pernyataan Budi Arie Hoaks, Tim Pemenangan Pram-Doel Layangkan Somasi
- Jubir Pramono-Rano Pastikan Pernyataan Menkop Budi Arie Hoaks
- Budi Arie Dinilai jadi Korban Hoaks soal Judi Online
- Lawan Hoaks di Indonesia, TikTok Memperkenalkan Fitur Keamanan