Hoaks Picu Depresi pada Anak dan Remaja
Anak-anak dan remaja Anda harus diajarkan bagaimana menanggapi hoaks dengan baik. Yaitu, dengan membaca sebuah informasi terlebih dahulu dengan cermat tanpa langsung menyebarkannya. Perhatikan juga situs yang menyebarkan berita tersebut, apakah tepercaya atau tidak.
Pikirkan juga apakah berita tersebut berguna bagi masyarakat atau tidak, atau hanya mengujarkan kebencian antar-kelompok atau membuat minder orang lain. Anak dan remaja juga harus diajarkan memilah berita yang positif dan negatif.
Selain itu, anak-anak Anda juga harus dibatasi dalam menggunakan media sosial, dan lebih banyak aktif di dunia nyata. Itu karena manfaat yang akan diperoleh cukup banyak. Misalnya, anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik bersama teman sebaya, saudara, juga dengan Anda sebagai orang tua. Selain itu, membatasi anak dan remaja bermedia sosial juga mencegah agar hoaks tidak berdampak negatif pada kehidupan mereka.
Oleh karena itu, selalu awasi dan perhatikan informasi apa yang dibaca dan diterima oleh anak-anak Anda. Selain itu, batasi pula penggunaan media sosial mereka dalam satu hari. Jangan sampai anak dan remaja mengalami depresi dan stres karena kebiasaan membaca hoaks.(HNS/RVS/klikdokter)
Jangan sampai anak dan remaja mengalami depresi dan stres karena kebiasaan membaca hoaks.
Redaktur & Reporter : Yessy
- Meccaya Resmi Luncurkan 88 Acne Cream & Sarijel
- Kemendes PDT Pastikan Info Rekrutmen Pendamping Lokal Desa 2024-2025 Hoaks
- 5 Jenis Teh yang Ampuh Redakan Stres dengan Cepat
- Dilaporkan APDESI Tangerang, Said Didu Dikawal Masyarakat Penuhi Panggilan Polisi
- Ini 6 Cara Efektif Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja
- Anggap Pernyataan Budi Arie Hoaks, Tim Pemenangan Pram-Doel Layangkan Somasi