Hooligans

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hooligans
Fan Italia bersukacita saat laga semifinal EURO 2020. Foto: Carl Recine/Reuters

Inggris dan Italia berhasil mengatasi kebrutalan para suporter itu melalui undang-undang dan aturan yang keras dan ketat.

Baca Juga:

Sampai sekarang, insiden masih sering terjadi, tetapi insiden itu bersifat minor atau kecil-kecilan. Tidak ada lagi insiden besar seperti tawuran masal, perusakan sarana umum dan stadion yang menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa.

Di Inggris, istilah Hooligans sudah dikenal sejak awal abad ke-19. Sekelompok suporter sepak bola klub tertentu mempunyai asosiasi dengan kelompok kriminal atau geng yang terorganisasi.

Mereka tidak melakukan aksi brutal secara random, tetapi direncanakan dengan rapi dan ada organisasi yang terstruktur.

Awalnya mereka adalah pendukung klub sepak bola di level kecil. Sejak abad ke-13 sepak bola sudah dikenal di Inggris.

Pertandingan biasanya dilakukan antar-kampung di hari-hari besar keagamaan. Ketika itu sepak bola belum punya aturan permainan seperti sekarang, sehingga sering terjadi tindakan kasar dan mencelakakan lawan.

Sepak bola di masa itu bukan semata-mata olahraga mencari keringat, tetapi menjadi sarana penyelesaian masalah kesukuan atau perebutan lahan. Sejak kelahirannya, sepak bola memang dilabeli olahraga yang manly (kelelakian).

Ritual kerusuhan yang dilakukan suporter terjadi karena mereka sengaja menenggak minuman keras sampai mabuk, lalu kemudian berbuat rusuh.

Inggris punya sejarah buruk dengan suporter Hooligans, demikian halnya Italia yang punya memori kelam dengan Tifosi Ultras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News