Hooligans

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hooligans
Fan Italia bersukacita saat laga semifinal EURO 2020. Foto: Carl Recine/Reuters

Kerusuhan antarsuporter ini tak hanya terjadi ketika suporter tidak puas terhadap pertandingan.

Aksi ini dilakukan karena memang direncanakan. Pada 1960-an aksi ini menyebar luas di Inggris terutama oleh generasi pemuda pasca-Perang Dunia Kedua.

Sejak itu, Inggris dianggap bukan sekadar melahirkan sepak bola, tetapi sekaligus menjadi negara yang melahirkan budaya kekerasan suporter sepak bola.

Kerusuhan oleh suporter sepak bola di Italia, misalnya, baru marak pada awal 1970-an. Banyak yang menduga hal itu mendapat inspirasi dari hooliganisme Inggris.

Aksi hooligans menjadi tersebar di seluruh dunia seiring dengan modernisasi media. Bersamaan dengan modernitas dan perkembangan media, Hooligans pun tumbuh dengan aksi yang lebih sistematis dengan memanfaatkan media.

Mereka paham untuk menghindari polisi maka penyamaran tertentu harus dilakukan. Mereka tak selalu datang ke pertandingan dengan seragam klub kesayangan.

Bahkan kerusuhan sengaja dilakukan jauh dari stadion dan justru menyasar fasilitas umum di luar stadion.

Aksi kekerasan Hooligans dengan cepat menjalar dan ditiru di seluruh dunia.

Inggris punya sejarah buruk dengan suporter Hooligans, demikian halnya Italia yang punya memori kelam dengan Tifosi Ultras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News