Hooligans

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hooligans
Fan Italia bersukacita saat laga semifinal EURO 2020. Foto: Carl Recine/Reuters

Semua silang bersengkarut menjadi satu di setiap perhelatan sepak bola besar Eropa dan dunia.

Di Italia virus suporter fanatik menular pada kelompok yang disebut sebagai Tifosi dan Ultras.

Tifosi atau fan dalam Bahasa Inggris yang hanya mendukung kesebelasan yang mereka cintai. Ultras jauh lebih rumit, mereka bukan hanya mendukung kesebelasan, tetapi memakai organisasi itu untuk menjalankan kegiatan kriminal yang terorganisasi, termasuk perdagangan narkoba.

Sejarah mengenai Ultras sangat simpang siur. Ada versi yang menyatakan bermula di Brasil dengan nama Torcida Organizada, kemudian diadaptasi oleh suporter Hadjuk Split pada era 1950-an dengan nama Torcida Split.

Namun, Ultras masuk ke Italia bersamaan dengan revolusi sepak bola yang dibawa oleh pelatih Helenio Herrera.

Helenio Herrera mungkin mencatatkan dirinya sebagai salah satu manajer sepak bola terbaik sepanjang masa.

Il Grande Inter era 60-an adalah bukti pengaruhnya di sepak bola Italia dan Eropa. Namun, ia juga membawa tradisi dari Argentina, sebuah tradisi serupa dari yang diadaptasi oleh suporter klub Argentina.

Dari situ bermunculan kelompok Ultras seperti The Boys dari suporter Inter Milan dan Fossa Dei Leoni oleh suporter AC Milan disusul kemudian oleh para suporter Torino, Sampdoria, dan Verona.

Inggris punya sejarah buruk dengan suporter Hooligans, demikian halnya Italia yang punya memori kelam dengan Tifosi Ultras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News