Horas! Ada Perempuan Berdarah Batak Ikut Pilkada di Melbourne

Mengeluarkan biaya hingga ratusan juta rupiah
Di Indonesia, politik uang dalam sebuah pemilihan sudah menjadi rahasia umum, tapi Santi mengaku hal ini, setidaknya, tidak terjadi dalam pemilihan 'council' di Victoria.
"Biaya yang saya keluarkan ada di kisaran AU$10.000-AU$20.000 [lebih dari Rp100 hingga 200 juta]," kata Santi yang berasal dari Sumatera Utara.
"Tapi itu kebanyakan untuk membuat materi kampanye, seperti poster, iklan di media," katanya.
Santi mengaku jika modal politiknya saat ini ia dapatkan dari kegiatannya di sejumlah organisasi, sehingga membuatnya paham sejumlah masalah yang dialami warga, terutama migran baru, seperti kesejahteraan, lapangan pekerjaan, kesehatan mental.
"Jika saya terpilih di [kawasan] Wattle, maka saya akan mampu mengangkat masalah yang dihadapi warga di sini dengan memahami latar belakang budaya yang beragam," ujar kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.
Akibat ketatnya pembatasan aktivitas di tengah pandemi COVID-19, para kandidat 'councillor' di negara bagian Victoria tidak dapat melakukan kampanye secara tatap muka.
Sebagai gantinya, Santi mengaku jika banyak warga yang langsung menghubungi dirinya, baik secara telepon atau email, untuk mengetahui langkah apa yang ia akan ambil untuk mengatasi permasalahan di daerahnya.

Santi Whiteside sudah tinggal di Australia lebih dari 20 tahun dan kini ia menjadi salah satu kandidat 'councillor' di kawasan Whitehorse, sebelah timur kota Melbourne
- SCL Taktika Paparkan Hasil Quick Count Aulia-Rendi
- Kantor KPU Buru Sengaja Dibakar, Motif Pelaku Tak Disangka
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia