HPN 2021: Media dan Semangat Nasionalisme di Tengah Pandemik
Oleh: Prof. Dr. Widodo Muktiyo
Selasa, 02 Februari 2021 – 10:25 WIB
Covid-19 sebagai "gamechanger" kehidupan sejak akhir 2019 membutuhkan peran media sebagai salah satu katalisator dan perubahan. Hampir 1 juta orang di Indonesia dan lebih dari 98 juta orang di dunia terpapar serangannya dengan korban jiwa global tak kurang dari 2,1 juta jiwa, menunjukkan betapa besar ancaman katastrofe ini.
Pemerintah sudah berjuang keras melalui berbagai strategi komunikasi, baik lewat Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanganan Bencana, pemerintah daerah dan berbagai institusi lain. Namun, peran besar media, baik media massa konvensional seperti media cetak, radio dan televisi, media sosial dan layanan over the top, memiliki peran yang amat besar untuk memastikan pesan positif dari pemerintah sampai tepat ke tujuan.
Ibarat menyemai rumput hijau ke padang luas, itulah upaya pemerintah menyebarkan informasi positif ke padang belantara luas nan kering ini. Tanpa ada medium yang tepat seperti tanah yang baik, rumput itu tak akan dapat tumbuh subur sebagaimana yang diharapkan. Media massa adalah medium yang memupuk subur informasi positif nan tersemai itu, hingga berbuah baik menjadi perubahan perilaku publik di era pandemik ini.
Pada peringatan Hari Pers Nasional 2021 ini, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mengajak insan media untuk kembali bersama mengampanyekan semangat 3E + 1N. Sebagaimana "Jurnalisme PSO" ANTARA mengembangkannya sejak beberapa tahun lalu, media secara luas diajak menjalankan misi Educate, Enlightment, Empowering dan semuanya dibalut dalam satu semangat: "Nasionalisme".
Educate. Pers diminta untuk kembali pada salah satu dari empat fungsi dasar media massa: memberikan pendidikan, to educate. Mendidik juga berarti mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana terungkap jelas di Pembukaan UUD 1945 sebagai salah satu tujuan kemerdekaan dan bernegara Indonesia.
Ancaman berupa hoaks dan disinformasi masih saja terjadi, termasuk di saat pelaksanaan vaksinasi melawan Covid-19 sudah diluncurkan secara resmi. Saatnya media mengambil peran menjadi sarana edukasi bagi seluruh negeri.
Enlightment. Memberikan pencerahan. Bak pelita di kegelapan. Segala pertanyaan kerap muncul dan informasi menjadi simpang siur di masa serba tak pasti ini. Di sinilah media dituntut peran-nya menjadi penyinar, sumber terang. Menjelaskan hal yang belum jelas. Menenangkan yang tak karuan. Juga menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan.
Empowering. Media diharapkan juga bisa memberdayakan publik. Pembaca, pendengar, pemirsa dan warganet tak hanya menjadi konsumen atau objek semata. Dengan menyimak informasi dari media massa terpercaya dan memperoleh berita yang kredibel serta dapat dipertanggungjawabkan, masyarakat pun bisa berperan sebagai agen sosial dan agen perubahan. Menyebarluaskan kabar positif itu sehingga lingkungan sekitar tergerak untuk menjalankan perubahan perilaku.
Dalam jurnalisme makna, yang dicari bukan sekadar fakta dan masalah yang tampak, melainkan latar belakang, riwayat, dan prosesnya, serta hubungan kausal ataupun hubungan interaktif.
BERITA TERKAIT
- Kemkominfo Ajak Pejuang Informasi Perbanyak Konten yang Mengedepankan Prinsip 3E1N
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- ANTV Hadirkan Program Berita Cakrawala, Temani Pemirsa di Pagi Hari
- Kalangan Muda Lebih Pilih Info dari Influencer & Selebritas Ketimbang Berita Jurnalis
- Fraksi PKS: Mari Jaga Kebebasan dan Independensi Pers Nasional
- Hak Jawab Iwan Bomba Atas Berita soal Kasus Istri Mendiang Ferry Baldan