Hujan IKN

Oleh: Dahlan Iskan

Hujan IKN
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Tiap bulan purnama air laut pasang sangat tinggi. Menahan air Sungai Mahakam masuk ke laut.

Baca Juga:

Air Sungai Mahakam justru seperti dibalikkan ke hulu. Masuk ke parit-parit kota Samarinda. Meluap ke jalan-jalan raya.

Tentu di IKN tidak akan terkena pasang purnama. Daratannya lebih tinggi daripada Kota Samarinda –ataupun Kota Tenggarong. IKN seperti Balikpapan: berbukit-bukit kecil.

Akan tetapi hujan pagi bisa membuat lumpur terbawa roda ke mana-mana. IKN, kan, belum sepenuhnya jadi. Lumpur proyek terbawa ke lokasi upacara. Lumpur itu bisa mengotori jalan-jalan menuju ke Istana Garuda.

Tanah di sana lengket sekali –di musim hujan. Termasuk lengket ke ban mobil. Terbawa ke jalan raya. Juga lengket di sepatu.

Maka yang terbaik adalah jangan sampai turun hujan. Bahkan sejak sehari sebelumnya. Di saat di Jawa petani kesulitan hujan, di Kaltim, di bulan Agustus terlalu banyak hujan.

Kala itu di saat hujan deras pagi-pagi turun di Kaltim saya tahu semua kantor sepi. Saya, sebagai wartawan muda, tahu itu, tetapi tetap harus mencari sumber berita. Naik sepeda pancal. Keliling kota. Dari kantor ke kantor di lingkungan Pemda. Di musim seperti itu lebih sulit mencari berita.

Sahabat Disway di Balikpapan melaporkan: sudah lebih seminggu terakhir ini tiap hari diguyur hujan. Salah satu yang sangat deras terjadi Jumat kemarin. Balikpapan sampai banjir. Tanah longsor. Genangan di mana-mana. Jalan-jalan macet.

Mungkin Asosiasi Pawang Hujan Nusantara –belum ada singkatannya– punya usul memindahkan hujan IKN ke Jakarta –agar politik ibu kota sedikit reda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News