Humor Gagap

Dahlan Iskan

Humor Gagap
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Lalu dia berusaha keras untuk bisa bicara normal. Berbagai cara dia lakukan. Sampai sering berkumur dengan es batu sambil berlatih bicara.

Biden akhirnya sembuh. Bisa bicara lancar. Bahkan bisa terpilih sebagai anggota Senat termuda. Saat itu umurnya 31 tahun. Rekor itu belum terpecahkan sampai sekarang.

Biden memang tidak mengandalkan keunggulan orasi. Dia pasti kalah. Biden lebih mengandalkan kejujuran, gaya hidup, reputasi dan kinerja. Termasuk dia selalu naik kereta api dari rumahnya di Delaware ke kantornya di Senat Amerika di Washington DC.

Di debat Capres 2020 pun gaya Biden juga seperti itu. Kalah agresif dengan Trump. Toh Biden yang terpilih.

Sedang Trump bicaranya cepat, lancar, dengan intonasi yang sangat menarik. Tetapi isinya banyak klaim tanpa fakta.

Saya lihat belum ada tokoh yang se-pede Trump dalam mengeklaim prestasi tanpa dukungan fakta. Juga ketika menyerang Biden: tanpa fakta. Praktis menghina.

Padahal, rakyat Amerika sangat menjunjung tinggi kejujuran. Akankah itu akan jadi kelemahan Trump di mata pemilih Amerika?

Saya mencoba bertanya pada orang Amerika biasa. Dia anggota partai Republik tetapi mengagumi Barack Obama. Dia Republik tetapi memilih Joe Biden di Pilpres yang lalu.

Maka moderator bertanya: bagaimana Joe Biden bisa meyakinkan pemilih bahwa dia akan mampu memegang jabatan presiden. Begitu pula Donald Trump kelak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News