Hurairah Juara Dunia, Sempat Sedih Berfoto Tanpa Merah Putih
Hurairah, karena keterbatasan ekonomi keluarga, tak mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Orang tuanya, Harun dan Nurhayati hanya pedang gorengan di Taman Rusa, sebuah objek wisata di Aceh Besar.
"Saya sangat ingin melanjutkan kuliah. Karena setelah tamat SMA, saya tidak kuliah karena keterbatasan biaya. Orang tua saya petani dan ibu saya hanya seorang tukang jual gorengan," ungkapnya.
Seperti diketahui, cabang olahraga Hapkido hingga kini belum masuk dan terdaftar di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Kendati demikian atlet Hapkido kelas dunia terus lahir dan mengukir prestasi.
Selama ini Hurairah bersama rekan-rekannya berlatih di Kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Ia berharap, mendapat perhatian oleh intansi terkait dan pemerintah. Diproyeksikan Hurairah bakan mengikuti kejuaraan dunia Hapkido di Italia pada 2020 mendatang.
Di sisi lain, kejadian yang dialami Zohri di Finlandia juga dirasakan oleh Hurairah. Ia tidak mendapatkan bendera Indonesia usai laga dan menjadi juara. Insiden ini terjadi di kejuaran Hapkido tingkat Asia Tenggara di Singapura, Maret 2018 lalu.
BACA JUGA: Devi si Juara Dunia Hapkido Menangis, Semoga jadi Tentara
"Saat pengalungan medali sibuk cari bendera. Tim official juga sibuk, mereka bawa bendera tapi hilang. Ketika itu Singapuran juara dua, Brunei Darussalam juara tiga dan saya juara satu," kenangnya.
"Sedih sekali foto tanpa bendera, karena orang lain ada," tambahnya. (mal/JPC)
Hurairah, pemuda asal Aceh, menyabet gelar juara dunia dengan meraih dua emas kejuaraan Hapkido di Korea Selatan.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi