Hutan Israel Membara, 41 Tewas
Terburuk dalam Sejarah Negeri Yahudi
Sabtu, 04 Desember 2010 – 10:19 WIB
Menurut dia, jumlah korban tewas masih akan terus bertambah. Sebab, tim penyelamat belum berhasil mencapai permukiman penduduk yang paling parah dilalap api. "Kami belum melakukan penyisiran di kawasan seperti Kibbutz Beit Oren yang sampai sekarang masih membara. Karena itu, kami belum tahu apakah ada korban jiwa di sana," ungkap Rosenfeld dalam wawancara dengan Associated Press. Hingga kemarin, nasib dua penjaga penjara dan seorang yang lain masih belum diketahui.
Kebakaran hutan paling parah di Israel itu mengundang keprihatinan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Kemarin, presiden kulit hitam pertama Negeri Paman Sam itu menyampaikan bela sungkawanya kepada pemerintahan Netanyahu. Melalui kawat duka, Obama juga menjanjikan bantuan personel pemadam kebakaran. Bersamaan dengan itu, Australia juga menyatakan bahwa militer mereka siap berangkat ke Israel.
Di tengah perjuangan keras menaklukkan api, pasukan pemadam kebakaran Israel menuai kritik tajam. Pasalnya, mereka sudah mendapatkan informasi sejak kali pertama titik api terlihat.
"Saya terbang di atas titik api. Saat itu, api masih kecil. Saya langsung memberitahukannya kepada petugas," kata Alon Chaim, pilot yang kebetulan terbang di atas Isfiya Kamis siang itu. Sayangnya, petugas tidak langsung merespons. Mereka baru terjun ke lokasi setelah api membakar hutan pinus. (hep/ami/ito/jpnn)
HAIFA - Api membumihanguskan hutan pinus di punggung Bukit Carmel, kawasan utara Israel. Hingga kemarin (3/12), sebanyak 41 orang tewas dalam kebakaran
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan