I AM NOT A VIRUS: Perlawanan 4 Seniman Indonesia terhadap Rasisme di Australia

Jayanto Tan sedang berada dalam kereta menuju tempat kerja ketika seseorang yang disebutnya berasal dari "kelompok mayoritas" menghampirinya.
"Dia negor saya, saya mestinya di rumah, gak boleh keluar. Atau pulang ke Wuhan," kata seniman asal Indonesia di Sydney, Australia itu.
"Saya kaget, 'kok ke Wuhan? Saya kan bukan orang Chinese? Saya orang Indonesia,' dalam hati."
Pengalaman tersebut membuatnya merefleksikan kembali identitas dirinya dan mendorongnya untuk membuat sebuah karya seni.
Ketika sedang memantau proyek kesenian selanjutnya di internet, ia menemukan sebuah proyek bertajuk "I AM NOT A VIRUS' yang berarti "Saya Bukan Virus".
Proyek tersebut menampilkan karya dari 68 seniman sebagai reaksi terhadap tindakan rasisme yang terjadi di masa pandemi COVID-19.
Di dalamnya, terdapat lima orang seniman berdarah Indonesia yang ikut bersuara.
Teringat pengalamannya di kereta, Jayanto pun mengajukan ide karya seninya.
Dari masker yang menjadi pakaian hingga makanan yang terbuat dari keramik, empat seniman berdarah Indonesia di Australia menyuarakan pikiran mereka dalam proyek
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Krisis Telur, Sampai Terpaksa Impor
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi