I-baru CSIS

Oleh: Dahlan Iskan

I-baru CSIS
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ia pakai blangkon Jawa. Asli Klaten, dekat pabrik gula. Ia guru besar antropologi Islam. Disertasinya tentang ziarah kubur.

Para pengujinya di Australia sampai pada ingin lihat kuburan.

"Saya pernah tidur di kuburan Sunan Mbayat tiga bulan," ujarnya.

Awalnya tidak takut. Kian lama kian banyak pengunjung yang bercerita tentang hantu di kuburan itu.

"Lama-lama merinding juga," guraunya. Makam itu hanya 13 km dari rumahnya di Klaten.

Di perpustakaan itu saya berpisah dengan Iwan Jaya Azis. Saya berjanji kalau ke Ithaca lagi akan mampir rumahnya.

Saya pun ke arah buku-buku yang dulu milik perpustakaan CSIS, yang dihibahkan ke U3I.

Huruf 'I' di CSIS ternyata fleksibel sehingga nama CSIC bisa abadi. Dari Center for Strategic and International Studies menjadi Center for Strategic and Islamic Studies.

Sang kiai berpesan ke Nusron Wahid: di Jakarta nanti jangan ke CSIS. Alasannya, CSIS itu singkatan cina senang Indonesia susah. Seisi auditorium bergemuruh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News