IACN Ungkap Kejanggalan Data Survei Indikator di Pilgub Malut

IACN Ungkap Kejanggalan Data Survei Indikator di Pilgub Malut
Pilkada 2024. Grafis: Sultan Amanda Syahidatullah/JPNN.com

“Misalnya akumulasi yang terdapat pada etnis Galela, untuk Husain-Asrul 14,2 persen, lalu Aliong-Syahril 10,1 persen. Kemudian MK-BISA 28,0 persen, dan Sherly-Sarbin 37,9 persen,” kata dia.

Sedangkan responden yang tidak tahu atau yang belum menentukan pilihan sebanyak 9,7 persen. Jumlah ini jika diakumulasikan maka total responden kurang dari 100 persen, yakni hanya 99,9 persen.

“Persentase yang sama juga terjadi pada etnis Sula, Ternate dan etnis lainnya yaitu hanya 99,9 persen akumulasi respondennya. Sementara pada etnis Buton, Butung, dan Butong akumulasinya melebihi yakni 100,1 persen,” ujar dia.

Aktivis muda asal Tahane itu memaparkan, dari sisi sosio demografi Indikator Indonesia kelihatan berbohong.

“Yang benar saja Indikator. Base Etnis Makeang, etnis Tidore, dan Sula sengaja diperkecil. Setelah itu mereka juga membuat kelompok etnis baru yaitu etnis Halmahera, Butung, dan Butong. Ini etnis dari mana ke mana? Nama etnis ini belum pernah kami dengar di Maluku Utara sini,” ujar dia.

Lanjut dia menerangkan bahwa apabila yang dimaksud adalah etnis Bitung, hal itu masih bisa dimaklumi mungkin salah ketik.

“Tetapi etnis Halmahera dan Butong ini etnis yang mana? Karena dalam uraian etnis sudah ada etnis Buton dan etnis lainnya. Ini artinya Indikator terkesan asal-asalan saja mencaplok nama etnis yang bahkan kami orang Maluku Utara tidak pernah dengar,” papar Igriza.

Igriza juga menyoal tentang citra personal yang dibuat bukan Sherly Tjoanda tetapi Sherly Laos. Alumini sekolah antikorupsi KPK itu mempertanyakan, apakah perubahan nama belakang Sherly itu, sudah sesuai ketentuan yang harusnya disahkan oleh negara melalui penetapan pengadilan atau belum.

Sejumlah pihak menyoroti kejanggalan data survei lembaga Indikator Politik soal Pilkada Malut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News