Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang

Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang
Ian Antono di reuni SMA K Dempo Malang. Foto: Bayu Eka Novanta/Radar Malang/JPNN.com

Begitu tiba di Jakarta, Ian menjadi pengamen untuk bertahan hidup. Tiga tahun dia lakoni menjadi pengamen dari bus kota ke bus kota lainnya. 

”Saat itu saya hampir mau balik lagi ke Malang, karena hidup di Jakarta ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Saya waktu itu benar-benar prihatin, karena harga barang serbamahal di Jakarta,” kata Ian yang menghabiskan masa kecilnya di kawasan Dieng ini. 

Nasib Ian berubah saat dia dipilih menjadi drummer band di salah satu grup milik sebuah produsen rokok ternama (Bentoel) di Jakarta. Dari sinilah, lama-lama kehidupan ekonomi Ian mulai membaik. Dia bisa membeli gitar sendiri. Selain itu, Ian juga mendapatkan fasilitas tempat tinggal. 

Tiga tahun di bawah naungan perusahaan rokok, Ian lantas dilirik God Bless yang sedang mencari gitaris. Ian yang serbabisa ini, lantas bergabung dengan God Bless sebagai gitaris. 

Dari sinilah, Ian lantas ikut terlibat merilis album bersama God Bless. Di antaranya: Huma Di Atas Bukit (1975), Cermin (1980), dan Semut Hitam (1989). 

”Saya mulai menulis lagu di album kedua God Bless. Dari sana sudah mulai rutin tiap album pasti ada lagu saya,” ujar anak keempat dari enam bersaudara ini. 

Hingga kini, nama Ian tak bisa dilepaskan dari God Bless. Bagi Ian, God Bless yang telah mencapai usia 43 tahun itu merupakan sebuah anugerah. Sebab, dia tidak pernah membayangkan grup band yang mengharumkan namanya itu akan bisa bertahan lama. 

”Tujuan pertama ingin main musik. Tidak pernah terbayang sedikitpun akan seperti ini,” ujar putra dari pasangan Darmo Pusoko dan Siti Maryani itu.

MUSISI Ian Antono merupakan sosok penting dari perjalanan God Bless. Di usianya yang tak lagi muda, Arek Malang itu kini lebih banyak menyalurkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News