Iboh jadi Jutawan dari Timbunan Sampah Bantargebang

Iboh jadi Jutawan dari Timbunan Sampah Bantargebang
Seorang pemulung memungut dan memilah sampah di TPST Bantargebang, Kota Bekasi. Sampah-sampah tersebut dipilah kembali oleh pemulung karena masih bernilai ekonomis. Foto: ANTARA/Muhammad Zulfikar

Bila melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi pada 2019, sampah hanya sebagian kecil dari potensi ekonomi yang ada di wilayah berpopulasi 126.157 jiwa itu.

Kepala BPS Kota Bekasi Annazri mengemukakan sektor lainnya adalah produksi tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar hingga kacang tanah dengan hasil produksi 4.595 ton per tahun.

Selain itu produksi buah-buahan dengan jumlah hasil panen 6.786 ton per tahun. Hasil daging ternak dan unggas 618 ton per tahun serta ikan mencapai 26.682 ton per tahun.

Bantargebang sebenarnya memiliki potensi ekonomi di atas rata-rata 11 kecamatan lainnya di Kota Bekasi, namun mengapa stigma prihatin hingga kini identik dengan kondisi sosial masyarakat di sana?

Tokoh masyarakat Bantargebang Komarudin mengungkapkan sebagian masyarakat di Bantargebang saat ini mengalami psikososial atau ketergantungan terhadap donasi.

"Sekarang coba anda turun dari mobil dengan menjinjing kantong kresek di sekitar tempat sampah, pasti mereka akan berkerumun dan menyangka itu bantuan. Kondisi seperti ini yang menurut saya semacam psikososial di sini," katanya.

Donasi untuk warga Bantargebang tidak hanya dikumpulkan lewat aktivis sosial yang berkecimpung di LSM lokal ataupun asing, namun juga datang dari pemerintah lewat kompensasi bau sampah.

"Saya tidak setuju dengan cara-cara donasi memotret anak-anak pemulung yang tidak optimistis pada masa depan lalu disebar hingga penjuru dunia. Teman dari Non Governmnet Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat/ LSM) berkepentingan menjadikan anak pemulung sebagai komoditas donasi saja," katanya.

Iboh merupakan salah satu dari sekian banyak pemulung sampah beromzet sampai ratusan juta rupiah di Bantargebang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News