Ibu Sebagai Sumber Awal Kemampuan Literasi

Oleh Dian Budiargo*

Ibu Sebagai Sumber Awal Kemampuan Literasi
Foto Ilustrasi: freepik.com

Ibu mengajarkan anak-anaknya segala sesuatu yang diketahuinya benar.

Ibu mengajari kita berbicara, bahkan berjalan dalam kehidupan nyata.

Ibulah guru pertama kita. Dengan kasih yang tak bersyarat, ibu selalu memberi harapan dan membuat kita paham akan arahan dalam kehidupan.

Carolyn Savage (2017) mengatakan bahwa ibu tidak sekadar mengajarkan bahasa, tetapi juga personalitas, identitas sosial dan budaya, sekaligus pelajaran tentang kemampuan tertentu, seperti berpikir kritis dan kemampuan literasi.

Jadi, makin jelas bahwa literasi bukan hanya soal kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kecakapan memberi makna terhadap suatu fenomena yang ada di sekitar kita.

Persoalan literasi juga menyangkut soal bagaimana cara berkomunikasi. Komunikasi bisa dilihat dari tiga model, yaitu linier, interaktif, dan transaksional.

Komunikasi linier berarti proses transfer informasi dari pengirim ke penerima. (Ellis & McClintock, 1990)

Adapun model interaktif adalah adalah proses komunikasi antara partisipan sebagai pengirim dan penerima membangun makna dengan mengirimkan pesan dan menerima dalam konteks fisik maupun psikologi. (Schramm, 1997)

Namun, sejatinya makna Hari Ibu tidaklah sesederhana itu. Ibu adalah awal dari sumber informasi bagi anak-anaknya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News