ICSF Bongkar Fakta soal Pembobolan Data, Banyak Perusahaan Tak Sadar, Hati-hati
jpnn.com, JAKARTA - Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) mengungkapkan fakta terkait pembobolan data yang membuat perusahaan tak sadar telah menjadi korban.
Ketua ICSF Ardi Sutedja mengatakan biasanya data perusahaan atau lembaga dapat bocor secara bertahap dan pembobolan bisa terjadi pada waktu tertentu seperti libur panjang.
"Di mana orang pada lengah," kata Ardi di Jakarta, Jumat (30/7).
Ardi mengatakan kebocoran data paling sering terjadi karena beberapa penyebab, antara lain kurangnya pemahaman staf perusahaan terkait perlindungan data dan privasi.
Di samping itu, kurangnya pembaharuan prosedur perlindungan data, dan ketiadaan pemantauan sistem pengolahan data secara remote.
"Ketiadaan backup dan prosedur pengolahan yang baku, klasifikasi data yang buruk, dan ketiadaan prosedur pemusnahan data yang telah didigitalisasi juga menjadi penyebab kebocoran data," bebernya.
Kemudian, kebocoran data bisa terjadi karena tindakan fisik, seperti pencurian laptop, handphone, dan media penyimpanan data seperti storage device, serta rekayasa sosial atau social engineering, dan karena faktor manusia.
"Masih terkait faktor manusia, data juga bisa bocor karena ketiadaan prosedur baku dalam melindungi data fisik, ketiadaan pemberdayaan staf dan karyawan untuk turut mengamankan aset data perusahaan, dan ketiadaan kebiasaan memutakhirkan sistem perangkat lunak," kata Ardi.
Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) mengungkapkan fakta terkait pembobolan data yang membuat perusahaan tak sadar telah menjadi korban.
- Turis Australia Mengaku Data Mereka Bocor di Bandara Bali Akibat Gangguan Visa Elektronik
- Kementerian Kominfo Tindak Lanjuti Arahan Presiden Antisipasi Kebocoran Data NPWP
- Setuju Pernyataan Jokowi, Dave Komisi I Nilai Kebocoran Data Wajib Diantisipasi
- Bareskrim Koordinasi dengan Sejumlah Pihak Usut Kebocoran Data NPWP
- Soal Kabar Kebocoran Data NPWP, Sukamta Komisi I Merespons, Keras
- Dunia Hari Ini: Jutaan Data NPWP Diduga Bocor, Termasuk Milik Presiden Joko Widodo