IDAI Sebut Campak, Rubela, dan Difteri Masih Mengancam Anak-Anak, Risikonya Meninggal
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Satgas Imunisasi Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan penyebarannya harus segera dicegah melalui imunisasi.
"Kita jangan lengah, jangan terlalu sibuk dengan Covid-19, karena selalu ada campak, rubella, dan difteri yang setiap tahun mengancam anak, cucu, adik, dan ponakan kita," kata Soedjatmiko saat konferensi pers virtual Ayo Sukseskan BIAN 2022 pada Selasa.
Pada 2021, ada 25 provinsi yang meningkat kasus penyakit campak dan rubela.
'''Pada 2022, walaupun baru 14 provinsi, tapi kalau tidak segera dicegah, bisa menyebar lebih luas lagi," lanjutnya.
Soedjatmiko menjelaskan, bahaya campak tak hanya demam, batuk, pilek, sesak, dan bintik merah, tetapi juga bisa mengakibatkan pneumonia atau radang paru, kejang, radang, otak, bahkan kematian.
Sebanyak 2.853 bayi mengalami radang paru-paru dan 571 bayi mengalami kejang dan radang otak karena campak selama periode 2012 hingga 2017.
"Jadi, penyakit campak berbahaya. Bukan sekadar merah-merah, tapi kalau menyerang otak akan menyebabkan radang otak dan meninggal, sedangkan kalau sembuh dia akan cacat," kata Soedjatmiko menegaskan.
Sementara itu, Soedjatmiko mengatakan bahwa pada periode 2012-2018 di rumah sakit tipe A, sebanyak 1.660 bayi cacat akibat rubella.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut penyakit campak, rubela, dan difteri masih mengancam anak-anak
- Bayi Perempuan Dibuang di Kebun Warga Trenggalek
- IDI Sukoharjo Ajak Orang Tua Kenali Gejala Campak & Cara Pengobatannnya
- IDI Kota Rembang Berikan Informasi Pengobatan Pneumonia Pada Bayi, Tolong Disimak!
- Begini Modus Sindikat Jual Beli Bayi Lewat Facebook
- Bayi Dibunuh, Jasadnya Ditemukan di Aliran Sungai
- Plastik Hitam di Lantai Teras Rumah Warga Bogor Bikin Heboh