Ide Besar dari Bukit Halimun

Ide Besar dari Bukit Halimun
Ide Besar dari Bukit Halimun
Keesokan harinya saya minta diantar melihat pelabuhan baru itu. Benar. Sudah selesai. Tinggal crane yang belum ada. Tapi, untuk skala Luwuk, mungkin cukup dengan crane mobile yang bisa dipindahkan dari pelabuhan lama. Teman-teman Luwuk Post saya minta mengukur kedalaman pelabuhan baru ini. Bukan dengan cara menyelam, namun memasukkan tali yang menggunakan pemberat. Ternyata sangat dalam: 12 meter lebih. Sungguh merupakan pelabuhan laut yang sangat ideal. Apalagi, ombaknya juga kecil. Kelihatannya ombak mengarah ke pantai di tanjung utaranya.

Kalau toh ada yang kurang dari pelabuhan ini adalah jalan provinsi yang terlalu mepet ke pelabuhan. Atau pelabuhannya yang terlalu mepet ke jalan provinsi itu. Dari teman Luwuk Post saya mendapat penjelasan bahwa sudah ada rencana memindahkan jalan tersebut ke balik gunung. Kalau ini bisa dilaksanakan, pelabuhan ini menjadi sangat ideal: wilayah yang aman dari masyarakat umum. Kalau pengalihan jalan itu tidak bisa dilaksanakan, saya khawatir nasibnya seperti Pelabuhan Tanjungkarang di Lampung. Kumuh dan terkesan kurang aman.

Tentu saya juga sekalian melihat calon lokasi terminal LNG. Sebab, inilah proyek yang akan membuat Luwuk masuk dalam peta dunia. Saya diberi penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan proyek ini, tapi saya percaya semua pihak bisa menyelesaikannya. Terlalu besar proyek ini untuk dibiarkan tertunda-tunda. Saya sendiri, tanpa diminta pun akan ikut mendukung percepatan pelaksanaan proyek ini.

Dari sana teman-teman mengajak saya ke Bukit Halimun: melihat kantor bupati dan rumah jabatannya yang baru. Dari sini terus naik melalui jalan tembus yang melewati tengah hutan itu. Saya ingin tahu apa kira-kira maksud Bupati Ma’mun Amir membangun Bukit Halimun.

Dari Kota Luwuk bangunan baru di Bukit Halimun tersebut sudah terlihat sangat menonjol. Ini karena arsitektur Romawinya dan ukurannya yang menonjol. Terutama kalau dibandingkan dengan umumnya bangunan yang ada di Luwuk yang kecil-kecil dengan atap seng. Maka, bangunan kantor bupati dan rumah jabatan tersebut terasa seperti istana: letaknya di atas bukit dengan luasan yang ideal.

AKHIRNYA sampai juga saya ke Luwuk. Bahkan, bisa dua malam berada di calon ibu kota Provinsi Sulawesi Timur ini karena batalnya kedatangan pesawat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News