Ide-Ide Terobosan di Masa Sulit
Oleh Dahlan Iskan
Infrastruktur yang kalau selesai dikerjakan dengan cepat bisa mengurangi biaya logistik. Dus, mutlak harus kita percepat. Meskipun dalam hati ini menyumpah: kok enak ya mereka itu?
Dalam masa sulit ini infrastruktur harus dikebut. Terutama yang secara ekonomis bisa mandiri. Tidak perlu APBN. Kredit bank bisa lebih fokus ke arah ini. Toh kredit tersebut cukup aman. Kalau bisa, saat ekonomi pulih nanti, dua tahun lagi, infrastruktur tersebut sudah jadi.
Demikian juga di bidang energi. Kita punya bom waktu yang kurang kita sadari. Saat kita melarang ekspor ore (tanah yang mengandung bijih nikel) tahun lalu, bayangan kita sangat indah.
Kita larang ekspor bahan baku. Harus kita olah sendiri. Maka akan segera dibangun pabrik-pabrik peleburan (smelter) nikel di dalam negeri. Lalu kita bisa segera ekspor bahan setengah jadi. Kelihatannya ideal dan beres.
Dan memang sudah mulai banyak pengusaha yang membangun smelter. Tapi, pabrik yang dibangun itu jenis yang memerlukan bahan bakar coking coal. Batu bara jenis khusus dengan kalori di atas 7.000. Batu bara itu pun harus memiliki kandungan yang sangat khusus: sulfurnya maupun ash-nya.
Ternyata kita tidak punya jenis batu bara ini. Indonesia memang penghasil utama batu bara dunia, tapi tidak memiliki tambang coking coal. Saya dengar ada sedikit di Kalteng, namun belum ekonomis ditambang.
Walhasil, kalau semua smelter nikel itu nanti mulai berproduksi, kita harus impor batu bara jenis coking coal dalam jumlah besar. Dari Tiongkok atau dari Australia. Sekali lagi kita terbelit dolar. Mau ekspor untuk mendapat dolar, namun harus impor yang memakan dolar.
Padahal, biaya bahan bakar tersebut mencapai sedikitnya 40 persen dalam struktur biaya smelter nikel. Dari komposisi seperti itu terlihat bahwa pada dasarnya bahan baku smelter ternyata bukan ore. Melainkan coking coal. Ini yang kurang kita pikirkan. Dan kini menggelisahkan.