Identitas Umar Patek Belum Terkonfirmasi
Kamis, 07 April 2011 – 06:26 WIB
Dalam kapasitasnya, Marty optimis bahwa Pakistan akan menyetujui upaya deportasi bagi salah satu tersangka Bom Bali 2002 tersebut. Umar Patek, bisa dideportasi dari Pakistan ke Indonesia meski tak ada perjanjian ekstradisi bilateral antara kedua negara. "Bisa itu (deportasi, Red) kan ada mekanisme lain seperti Mutual Legal Assistance (MLA)," katanya.
Baca Juga:
Umar Patek juga menjadi rebutan beberapa negara lain yang ingin mengadilinya. Tiga neagra selain Indonesia yang ngebet ingin mengadili Umar Patek adalah Amerika Serikat (AS), Australia, dan Filipina. Hingga saat ini baru Menlu AS Hillary Clinton yang sudah berkomunikasi dengan Marty dan tampaknya legawa jika Umar Patek diadili di Indonesia.
Seperti diwartakan, Umar Patek diduga tertangkap di Pakistan tanggal 2 Maret lalu. Dia dianggap salah satu teknisi utama dalam Bom Bali pada 2002 silam dengan 200 kotban tewas dan 88 diantaranya adalah warga Australia dan 7 warga AS. Kepala pria berdarah Arab-Jawa itu dihargai sekitar Rp 8,9 miliar oleh AS. Pria itu memiliki belasan nama alias yakni Abdul Ghoni alias Abu Syeikh alias Umar Arab alias Mike. Lahir di Pemalang, Jawa Tengah, pada 1970.
Selain AS, Filipina juga memburunya sebab sejak 2003 Umar tinggal dan membantu pendidikan di kamp pemberontah Abu Sayyaf di Mindanao, Filipina. Di sana dan melatih para pemberontak Islam melawan pemerintah Filipina. (zul)
JAKARTA - Minimnya data pembanding yang dimiliki pemerintah terkait jatidiri Umar Patek masih menjadi kendala. Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan