IDI Sampaikan Kabar Duka
IDI selalu berharap negara dalam hal ini pemerintah memberikan sebuah perhatian. Dia menegaskan bukan berarti IDI ingin menjadi kelompok yang diperhatikan, karena kondisi yang terjadi pasti sama dengan seluruh rakyat Indonesia.
Namun, ujar Adib, saat bicara unsur atau tenaga strategis yang dibutuhkan negara saat ini, tentu adalah medis dan kesehatan.
"Inilah yang kami ingin ada upaya perlindungan, ada upaya-upaya safety yang harus dilakukan," katanya.
Adib mengaku jujur harus menyampaikan kemarin sudah ada penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau FKUI bahwa 83 persen tenaga kesehatan, yang bukan hanya dokter, mengalami burnout dan kelelahan.
Artinya, kata Adib, kalau sudah bicara burnout dan kelelahan, ada satu faktor problema terkait dengan ketahanan mental.
"Yang ini akan bisa berpengaruh terhadap kinerja dari tenaga medis dan tenaga kesehatan," jelasnya.
Ia menjelaskan kinerja yang dimaksud adalah yang akan mengurangi kewaspadaan karena kelelahan, sehingga akhirnya risiko terpapar maupun sakit makin tinggi.
"Bukan tidak mungkin risiko kematian juga akan tinggi," tegasnya.
IDI berharap negara hadir melindungi para dokter dan tenaga kesehatan, karena 'peperangan' ini tidak tahu sampai kapan.
- Pakar: Bahaya BPA Merupakan Ancaman Kesehatan, Bukan Isu Persaingan Usaha
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru
- Korupsi Pengadaan Masker Covid-19 di NTB, Kerugian Negaranya
- Menkes Sebut Virus Mpox atau Cacar Monyet Tidak Mengkhawatirkan seperti Covid-19
- Jilbab IKN