IEA Sebut Industri Nikel Indonesia Memiliki Masa Depan Sangat Cerah
jpnn.com, JAKARTA - Nikel merupakan satu sumber daya mineral yang menjadi komoditas strategis di pasar global.
Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan permintaan nikel di pasar global akan terus meningkat seiring dengan penguatan tren energi baru terbarukan (EBT).
Dalam laporannya di Southeast Asia Energy Outlook 2022, IEA memprediksi permintaan nikel untuk keperluan teknologi energi bersih akan berkembang pesat sampai 20 kali lipat selama periode 2020 sampai 2040.
Harga nikel global yang menunjukkan tren kenaikan berdampak positif terhadap harga patokan mineral (HPM) nikel di Indonesia.
Tiga bulan terakhir, harga nikel di bursa perdagangan London Metal Exchange (LME) terus memperlihatkan tren kenaikan.
Melihat tren ke depan, Direktur Utama PT. Citra Lampia Mandiri (CLM)/Lampia Group Helmut Hermawan menyatakan optimismenya terhadap masa depan nikel Indonesia.
“Kami yakin masa depan nikel akan semakin cerah. Dan kita punya peluang besar untuk merebut pemenuhan kebutuhan dunia karena Indonesia memiliki lebih dari setengah cadangan dunia, sekitar 150 juta ton,” ujar Dirut dari perusahaan pertambangan nikel yang beroperasi di Luwu, Sulawesi Selatan itu, dalam siaran pers, Senin.
Tak hanya terbesar dari sisi volume, penyebaran cadangan nikel di Indonesia juga paling besar di dunia.
Indonesia dan Filipina merupakan negara produsen nikel terbesar di dunia. IEA menilai hal itu menjadi peluang besar bagi negara-negara Asia Tenggara
- Meliput Kawasan Nikel di Indonesia, Mendengar Kisah Kehidupan Manusia
- Divestasi Saham PTVI ke MIND ID untuk Hilirisasi yang Makin Masif
- Soroti soal Isu Nikel di Indonesia, Pegiat Lingkungan Beri Catatan Ini
- Nasdem: Investor China Siap Dukung Hilirisasi Nikel Indonesia, Apa Kabar Perusahaan Lokal?
- Pedang Bermata Dua: Industri Nikel yang Menguntungkan Tapi Juga Mengancam Kesehatan dan Lingkungan
- APNIPER For Sustainability Usulkan 3 Hal untuk Hilirisasi Nikel yang Berkelanjutan