IHSG Berpotensi Naik di Awal Pekan
jpnn.com - JAKARTA - Potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat di awal pekan terbuka seiring mulai datangnya sentiment positif terutama dari bursa saham Amerika Serikat (AS). Akhir pekan kemarin IHSG ditutup turun 13,218 poin (0,261 persen) ke level 5.053,760.
Head of Technical Research PT Trust Securities, Reza Priyambada, memerkirakan pada Senin ini IHSG akan berada pada rentang support 5.035-5.044 dan resistance 5.067-5.087. Laju IHSG menurutnya mampu bertahan untuk tidak masuk pada kisaran target support (5.025-5.035) dan sempat berada di kisaran target resistance (5.075-5.095) meski akhirnya ditutup di bawahnya seiring kembali maraknya aksi jual.
"Masih silih bergantinya sentimen negatif membuat IHSG sulit untuk rebound. Namun potensi pelemahan lanjutan bisa saja tertahan jika pelaku pasar memanfaatkan pelemahan tersebut untuk buy on weakness," ungkapnya, Minggu (9/8).
Aksi beli sangat mungkin terjadi di awal pekan ini memanfaatkan momen positif dari hijaunya bursa saham AS pada akhir pekan kemarin. Penguatan Wall Street cukup signifikan; Indeks S&P 500 naik 22,02 poin (1,15 persen) ke level 1.931,59, indeks Dow naik 185,66 poin (1,13 persen) ke level 16.553,93, dan Nasdaq naik 35,93 poin (0,83 persen) ke level 4.370,90.
Reza mengatakan kenaikan bursa saham AS seiring dengan mulai redanya ketegangan di Ukraina dan Rusia serta rilis kenaikan nonfarm productivity yang dibarengi dengan rilis beberapa kinerja emiten yang dapat melampaui estimasi antara lain Gap Inc., Coach Inc., Nvidia Corp., dan beberapa lainnya.
"Sentimen dari potensi agresi militer AS ke Irak sementara dapat tertutupi oleh sentimen-sentimen positif tersebut. Apalagi juga diimbangi dengan turunnya index VIX," kata dia.
Sementara itu, masih adanya imbas dari pelemahan sejumlah mata uang emerging market setelah nilai tukar Euro melemah jelang rapat European Central Bank (ECB) ditambah lagi cenderung melemahnya data-data ekonomi di benua biru, serta kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina membuat laju Rupiah pun ikut terimbas melemah.
"Apalagi laju USD (dolar AS) masih memanfaatkan kondisi tersebut untuk menguat sehingga menambah tekanan bagi Rupiah," terusnya.