Ikhlas dan Berlapang Dada Demi Keutuhan NKRI
jpnn.com, JAKARTA - Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia meninggalkan luka mendalam bagi para korban dan keluarga.
Hal itulah yang membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mempertemukan penyintas dan mantan napi terorisme (napiter) dalam sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI) yang digelar di Jakarta akhir Februari lalu.
Kegiatan ini sangat fenomenal karena baru kali pertama terjadi di dunia penyintas dan mantan napiter dipertemukan langsung.
“Saya hanya bisa berlapang dada menerima ini. Mungkin ini sudah takdir dari Allah SWT. Saya harus memaafkan mereka. Allah saja Maha Pemaaf, masa saya tidak memberi maaf,” kata korban bom Bali Chusnul Chotimah, Jumat (9/3).
Chusnul Chotimah adalah korban Bali 1 yang menderita cacat seumur hidup.
Muka dan sekujur badannya mengalami luka bakar akibat teror tersebut.
Meski sudah menjalani operasi plastik, kondisi tubuhnya tetap tidak bisa kembali seperti semula.
“Untuk apa kita dendam karena dendam tidak akan mengubah bentuk saya,” tambah Chusnul.
Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia meninggalkan luka mendalam bagi para korban dan keluarga.
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme
- Irjen Eddy Hartono Jadi Kepala BNPT, Sahroni Minta Lanjutkan Pencapaian Zero Terrorist Attack
- Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris Jaringan JAD di Bima