Ikhtiar dari Solo agar Gamelan Menembus UNESCO

Ikhtiar dari Solo agar Gamelan Menembus UNESCO
Aton Rustandri Mulyana. Foto: Romensy Agustino/JPNN.com

Ikhtiar itu mulai menuai hasil empat tahun kemudian. "Akhirnya, tercatatlah Gamelan Surakarta-Yogyakarta sebagai warisan budaya tak benda di tingkat nasional pada 2018," kata Aton.

Upaya tim berlanjut. Setahun kemudian atau pada 2019, naskah pengajuan gamelan ke UNESCO selesai disusun.

Namun, ada proses lain yang mendahului hal itu. Aton menjelaskan upaya membawa gamelan ke UNESCO itu tak terlepas dari obrolan nonformal Prof Panggah dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid pada 2018.

Kala itu Hilmar memenuhi undangan untuk menjadi ketua tim penguji salah seorang mahasiswa Pascasarjana ISI Surakarta. Saat itulah Prof Panggah menceritakan keinginan dan obsesinya tentang menggelar festival gamelan dan pengakuan dari UNESCO.

“Pak Hilmar menyambut baik (ide Prof Panggah, red) dan akhirnya merekomendasikannya untuk ke UNESCO,” ucap Aton.

Pada 27 Juli 2018, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menerbitkan berita acara tentang gamelan bersaing dengan reog, tempe, seni lukis klasik Bali, dan kolintang untuk masuk dalam daftar usulan WBTB ke UNESCO.

“Akhirnya kami bersaing mempresentasikan itu, diuji oleh beberapa penguji dari Kemendikbud sampai tiga kali,” terang Aton.

Berita gembira datang pada 7 Agustus 2018. Melalui surat keputusan bernomor 1559/E.E6/KB/2018, Ditjen Kebudayaan Kemendikbud menetapkan gamelan sebagai benda yang akan diajukan ke UNESCO.

Ada perjuangan bertahun-tahun untuk memasukkan gamelan ke daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Unesco.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News