Ikhtiar Melawan Bot dan Penipuan Tiket Konser

Ikhtiar Melawan Bot dan Penipuan Tiket Konser
Ilustrasi. Penikmat konser yang hadir dalam festival musik Pestapora 2023 di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat pada 24 September 2023. Foto: Dedi Yondra / JPNN.com

Salah satu contoh yakni Kiki Aulia Ucup, promotor kenamaan di Indonesia, sekaligus founder festival musik Pestapora.

Dia pernah menemukan kejanggalan pada festival musik yang diselenggarakan pada 2022 dan 2023, yakni lebih dari separuh pembelian tiket tercatat berasal dari domain di Amerika Serikat.

"Ini mengindikasikan bahwa mereka menggunakan bot untuk mendapatkan tiket. Promotor jadi enggak bisa mapping nih sebenarnya antusias tertingginya dan pembeli tingkat terbanyak tuh ada di mana," kata Kiki Aulia Ucup.

Ananda Badudu, seorang musisi dari kelompok musik Banda Neira, juga menekankan perlunya keadilan dan keamanan bagi penggemar musik untuk membeli tiket konser.

Menurutnya, pemanfaat bot untuk beli tiket konser adalah contoh pemanfaatan teknologi untuk tujuan yang salah.

"Teknologi tersebut merugikan publik karena orang yang benar-benar hendak membeli tiket atau ikut war tiket akan kalah oleh bot yang dioperasikan oleh calo yang akan menjual ulang tiket dengan harga yang lebih mahal," jelasnya.

"Dana dari konsumen seharusnya dimanfaatkan untuk menutup produksi atau memberi profit bagi promotor dan artis untuk menjamin perputaran dan kesinambungan industri, tapi calo menggiringnya ke luar ekosistem sehingga merugikan stakeholder utama dalam industri yakni konsumen, artis, dan promotor,” tambah Ananda Badudu.

Dalam peringatan Hari Musik Nasional pada 9 Maret 2025, isu tentang akses tiket konser yang aman dan adil menjadi sangat relevan.

Antusiasme tinggi masyarakat dan permintaan tiket konser, diwarnai sejumlah masalah penipuan serta praktik curang penjualan tiket konser.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News