Iklan Politik Masih Seperti Sampah
Jumat, 27 Februari 2009 – 10:43 WIB
"Secara konsisten, masyarakat cenderung memilih berdasar insentif material (money politics, Red). Di Pamekasan 42 persen calon pemilih menggunakan haknya jika ada materi," ungkapnya.
Meski demikian, bukan berarti caleg yang memiliki uang banyak akan dipilih. "Bisa dengan penguatan ideologi dan pendekatan personal, simpati pemilih akan datang," ungkapnya.
Penilaian yang sama ternyata datang dari perpektif periklanan. Adjid mengatakan, sosialisasi para calon wakil rakyat cenderung seragam. Pose dan desain gambar relatif sama. "Termasuk medium yang digunakan, sama. Padahal, banyak media lain selain baliho. Seperti dalam toko, mall, maupun ambient media," jelasnya.
Menurut Adjid, kampanye yang mengandalkan baliho tidak efektif. Untuk itu, perlu upaya berkesinambungan agar bisa menarik simpati masyarakat. Pembangunan identitas melalui iklan politik harus dilanjutkan dengan aktivitas komunikasi dan kegiatan bersama calon pemilih.
SURABAYA - Apa yang salah dengan iklan politik para caleg? Berbagai ulasan kritis dan tajam terkait hal itu Kamis (26/02) dipaparkan di acara Dialog
BERITA TERKAIT
- Hasto PDIP Nilai Prabowo Sosok Kesatria, Lalu Menyindir Jokowi
- Akun Medsos PJ Bupati Temanggung Diserang Warganet: Stop Cawe-Cawe
- 3 Pejabat di Banggai Diduga Langgar Aturan Netralitas ASN, Gakkumdu Ancam Jemput Paksa
- Aktivis Dorong Semua Pihak Mewujudkan Pilkada Maluku Utara Aman dan Nyaman
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Prabowo Seorang Kesatria, Harus Tegas Hadapi Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada