Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (1)

Butet Tak Ingin seperti Keluarga Cak Nur

Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (1)
Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (1)

Dengan keyakinan seperti itulah, saat ini payung padepokan diubah menjadi yayasan. Namanya Yayasan Bagong Kussudiardja (YBK). Butet yang kini ketua YBK mengurai sejarah YBK dan kaitannya dengan padepokan.

Bangunan dan fasilitas Padepokan Seni yang dibangun almarhum Bagong Kussudiardja pada 1978 awalnya dipergunakan sebagai tempat pendidikan seni nonformal, khususnya seni tari, dengan nama Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). ’’Setelah beliau wafat, keluarga besar kami mendirikan YBK pada 2006. Ini sebuah lembaga nirlaba yang mengelola aset fisik PSBK, yaitu tanah, bangunan beserta perlengkapan di dalamnya,’’ tambah seniman yang dikenal sebagai ”Raja Monolog” itu.

Dalam perkembangannya, sejak 2007 YBK memulai pengelolaan aset fisik PSBK sebagai rumah budaya terbuka dengan nama Padepokan Seni (tanpa Bagong Kussudiardja). Bagi YBK, makna dan kekuatan padepokan seni sebagai rumah budaya tidak bersandar pada fasilitas fisik semata (pasif).

Yayasan ini menaungi sejumlah aktivitas kreativitas seni. Selain PLT tadi, ada Kua Etnika, Teater Gandrik, dan Sinten Remen. Kua Etnika dan Sinten Remen dikomandani anak bungsu Bagong, G. Jadug Ferianto. Kua Etnika adalah kelompok musik kontemporer, sedangkan Sinten Remen adalah kelompok keroncong kontemporer. Teater Gandrik sendiri dikelola Butet.

Tidak banyak pusat latihan tari yang produktif menghasilkan penari dan karya koreografi di negeri ini. Dari yang sedikit itu, Padepokan Seni Bagong

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News