Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (2)
Keluarga Affandi Ancang-Ancang Bangun Kos-kosan
Jumat, 30 Januari 2009 – 04:33 WIB
Kekurangannya? ’’Diambilkan dari dana abadi,’’ katanya.
Menurut Juki, hingga kini masih terdapat sepuluh lukisan nonkoleksi museum karya Affandi yang bisa dijual. ’’Dari penjualan lukisan itulah, kami menutup kekurangan biaya operasional,’’ ungkap Juki.
Meski sepuluh lukisan karya terbaru (sebelum meninggal pada 23 Mei 1990) itu bisa dijual untuk kelangsungan hidup museum, keluarga sangat selektif dan ketat memilih calon pembeli dan menentukan harga. ’’Harus melalui proses pertimbangan keluarga,’’ katanya.
Karya Affandi dilepas paling murah Rp 1 miliar. Sedangkan yang paling mahal Rp 4 miliar. Karya pelukis kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 1907, itu memang tak dijual kacangan. Meski diburu para kolektor, dalam waktu lima tahun belum tentu mereka menjual sebuah lukisan. ’’Lukisan dijual hanya dalam keadaan tertentu. Seperti saat museum mengalami SOS (darurat),’’ katanya.
Bapak ekspresionisme Indonesia. Begitu julukan untuk sang maestro Affandi. Kini jejaknya bisa dilihat tak hanya pada sejarah seni rupa, tapi juga
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408