Ikut Anastasia
Oleh: Dahlan Iskan
Dari situlah Anastasia mendapat tawaran beasiswa dari Shanghai: untuk kuliah menjadi guru musik. Sampai S-1.
Anda sudah tahu: menjadi guru musik tidak hanya harus pandai musik. Juga harus pandai mengajar.
Sayang, saya bukan Liang: tidak bisa banyak mengajukan pertanyaan tentang musik.
Rasanya saya begitu ingin panggil Liang agar bergegas ikut makan dengan Anastasia malam itu. Lalu sebentar-sebentar saya sepak kakinya. Agar ia terus bertanya kepada Anastasia.
Intinya: jadilah Anastasia guru yang periang. Guru kesukaan para murid. Guru yang bisa membangkitkan gairah anak-anak yang lagi malas-malasan.
Dia ajak anak-anak itu bermain. Dia ajak duduk bersama. Kalau perlu sampai rebahan. Lalu dia perbanyak body-music –entah benar atau salah istilah ini. Yang benar: body percussion.
Maksud saya: Anastasia aktif menggerakkan kedua tangannyi, memukul-mukulkannyi ke bagian lain tubuhnyi, melantunkan bunyi dari mulutnyi –bunyi yang bernada– beda bagian tubuh yang disentuh beda bunyi dan nadanya.
Saya pun minta Anastasia berdiri. Saya minta dia memeragakan caranyi mengajar dengan body percussion itu