Ikut Anastasia
Oleh: Dahlan Iskan
Dia pun berjunggit dari kursi. Bikin gerakan dinamis dengan kedua tangan. Menyentuh banyak bagian tubuh. Mulutnyi mengeluarkan not dan nada lagu: Yam Korambe dari Papua
Saya terpana. Saya lupa memvideokannya.
Dia memang pernah mengomposeri Yam Korambe di Shanghai. Dia gabung dengan musik klasik. Dia tampilkan saat dipercaya naik panggung pertunjukan.
Anastasia tidak hanya punya banyak murid. Dia juga digandeng produsen piano terbaik dari Jerman.
Dia sering diminta memainkan piano dagangan itu di depan konsumen atau calon konsumen. Dia menyebut mereknya tetapi saya lupa.
Pokoknya piano yang termahal harganya. Itu sekaligus promosi bagi dirinyi sendiri. Agar sekalian mengajar anak orang kaya yang mampu membeli piano jenis itu.
Ingat: piano Steinway & Sons. Anda pun sudah tahu. Itulah piano impian para pianis. Bisa melihat pianonya saja hati sudah berbunga-bunga. Apalagi, bisa menyentuhkan jari ke toast-toast-nya. Anastasia justru bisa bekerja sama dengannya.
''Hemmmm...," gumam Anastasia membayangkan lagi memainkannya. Matanyi sampai terpejam. Pipinyi memerah. Tubuhnyi menggelinjang. Itulah piano yang sejarahnya panjang.