Ikut Berduka, Siswa SMP Gantung Diri Setelah Keluhkan Banyaknya Tugas PJJ

Ikut Berduka, Siswa SMP Gantung Diri Setelah Keluhkan Banyaknya Tugas PJJ
Ilustrasi gantung diri. Grafis: Sultan Amanda Syahidatullah

Retno Listyarti sudah mendengarkan penjelasan rinci dari ibunda korban dalam suatu dialog interaktif di salah satu TV Nasional pada Kamis (29/10) kemarin.

Ibunda korban menjelaskan bahwa anaknya memang pendiam dan memiliki masalah dengan pembelajaran daring.

Korban lebih merasa nyaman dengan pembelajaran tatap muka, karena PJJ daring tidak disertai penjelasan guru, hanya memberi tuga-tugas saja yang berat dan sulit dikerjakan.

Dari penjelasan ibu korban, kata Retno, kesulitan saat PJJ fase pertama masih bisa diatasi karena materi pembelajaran sudah sempat diterima para siswa selama 9 bulan, dan saat PJJ sudah menjelang ujian akhir tahun.

Namun ketika PJJ fase kedua pada tahun ajaran baru (Juli, 2020), saat naik ke kelas IX (sembilan) semua materi baru dan penjelasan materi dari guru sangat minim, sehingga banyak soal dan penugasan yang sulit dikerjakan atau diselesaikan para siswa.

"Akhirnya tugasnya menumpuk hingga jelang ujian akhir semester ganjil pada November 2020 nanti," ujar Retno.

Pada 26 Oktober 2020, ibu korban mengaku menerima surat dari pihak sekolah yang isinya menyampaikan bahwa anak korban memiliki sejumlah tagihan tugas dari 11 mata pelajaran. Rata-rata jumlah tagihan tugas yang belum dikerjakan anak korban adalah 3-5 tugas per mata pelajaran.

"Jadi bisa dibayangkan beratnya tugas yang harus diselesaikan ananda dalam waktu dekat, kalau rata-rata tiga mata pelajaran saja, ada 33 tugas yang menumpuk selama semester ganjil ini," tutur Retno.

Kalau dihitung, jumlah tugas siswa SMP ini memang bisa bikin depresi, apalagi sudah mendekati ujian akhir semester.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News